Rabu, 30 Januari 2013

Mulyadi: Sistem Kalender dan Pengetahuan Astronomi Kasepuhan Citorek


Sistem Kalender dan Pengetahuan Astronomi
Dari kukuhnya masyarakat Kasepuhan Citorek memegang dan mematuhi kearifan trdisional nenek moyang tersebut berdampak positif, yaitu terlestarikannya jenis padi tradisional yang dimiliki masyarakat Tradisi. Secara sengaja masyarakat Kasepuhan Citorek menjaga bahkan memperkaya dengan cara tradisional varietas padi sehingga bertambah banyak jenis padi berharga yang menjadi gudang plasma nutfah.
Secara umum masyarakat Citorek yang mayoritas petani telah mengetahui dan memahami, varietas padi yang mana yang cocok untuk ditanam ditempat yang berbeda dengan ketinggian yang berbeda pula.Sampai saat ini masyarakat Kasepuhan Citorek memiliki sampai 148 varietas padi lokal.Dengan demikian telah jelas bahwa, kearifan Tradisional masyarakat Kasepuhan Citorek telah melestarikan plasma nutfah padi. Mungkin di masyarakat lain atau masyarakat di luar komunitas Kasepuhan Citorek telah punah tersisih padi bibit unggul hasil revolusi hijau.
Jika ditelaah lebih jauh dan mendalam, masyarakat Kasepuhan Citorek dalam bercocok tanam baik sawah atau huma meiliki patokan waktu musim tanam yang dihitung secara jeli dan matang berdasarkan pedoman astronomi.Perhitungan waktu tersebut berdasarkan munculnya rasi bintang atau bahkan planet tertentu, serta peredaran bulan mengelilingi bumi.Dikalangan kelompok elit Kasepuhan Girang, para saksi ada yang betugas mengurus urusan tani yang berkewajiban dan bertanggungjawab menghitung waktu yang sesuai dengan tiap tahapan dalam bertani.
Kalender pertanian Kasepuhan Citorek didasarkan pada perputaran bulan dan kedudukan bintang tersebut kerap disejajarkan dengan kelender Islam.Yang sama-sama didasarkan pada perputaran bulan.Perhitungan model ini berbeda dengan perhitungan masehi yang lazim kita gunakan sehari-hari yang berdasarkan perputaran bumi mengelilingi matahari. Sebenarnya kalender pertanian yang digunakan masyarakat Kasepuhan Citorek cukup umum, pada  masyarakat tradisi adat lainnya di berbagai daerah di Indonesia. Patokan musim bertani yang didasarkan pada posisi bintang dikenal juga oleh masyarakat Jawa Tengah.Selain itu masyarakat suku Baduy juga menggunakan patokan bertani dengan menggunakan perhitungan berdasarkan perputaran bulan pada bumi serta letak posisi bintang tertentu. Jika dibandingkan, maka terdapat persamaan, yakni patokan bintang yang digunakan Bintang Kidang, di masyarakat Kasepuhan Desa Citorek Tengah adalah Bintang Waluku pada Masyarakat Jawa Tengah, dan pada astronomi modern disebut Rasi Orion.

Tidak ada komentar: