Selasa, 29 Agustus 2017

Mari, Kita Jaga Kerukunan Masyarakat Citorek yang Berbudaya





Riungan Sabaki, bentuk kerukunan masyarakat yang berbudaya
Pertikaian di antara manusia terjadi karena manusia belum menyadari bahwa musuh sesungguhnya bukan siapa yang ada di hadapannya tetapi musuh sesungguhnya adalah dirinya sendiri.
Sepanjang sejarah kehidupan umat manusia di muka bumi tidak terlepas dari berbagai macam konflik pertikaian. Pertikaian demi pertikaian di antara umat manusia terjadi karena disebabkan oleh banyak faktor kepentingan, kepentingan demi kepentingan tersebut membuat manusia menjadi satu-satunya makhluk di muka bumi ini yang hidup paling tidak harmonis.
Alam semesta beserta isinya telah diciptakan oleh Tuhan dengan sedemikian harmonisnya. Miliaran bintang dan planet bergerak teratur sesuai dengan jalurnya. Tumbuhan tahu kapan harus merontokkan daunnya untuk menyesuaikan musim, dan hewan buas tidak memangsa buruannya melebihi yang dia perlukan. Hal-hal tersebut memperlihatkan bahwa betapa Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan kehidupan ini dengan keteraturan.
Secuil kisah di atas hendaknya kita renungkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita sebagai masyarakat Citorek mampu menjadi masyarakat yang lebih baik. Sebagai masyarakat Citorek kita tidak dapat hidup secara individual, kita diwajibkan hidup dalam komunitas masyarakat dan berinteraksi satu sama lain secara rukun dan damai. Kita sebagai masyarakat Citorek memiliki adat dan budaya yang luhur dalam satu ikatan Kasepuhan Citorek. Jika seluruh alam semesta saja mampu hidup secara harmonis seharusnya kita sebagai masyarakat Citorek yang berbudaya juga bisa melakukannya. Namun kenyataannya tidak berkata demikian, masyarakat kita cenderung memiliki pola pikirnya sendiri, kerapkali bersitegang satu sama lain dengan berbagai macam latar belakang permasalahan. Sangat disayangkan, apabila dengan segala keunggulan yang kita miliki sebagai masyarakat berbudaya masih kesulitan untuk menerapkan hidup rukun berdampingan secara harmonis.
Begitu sulitkah bagi kita selaku masyarakat Citorek yang berbudaya untuk bisa mengasihi sesamanya? Sesungguhnya tidak! Pertikaian di antara kita terjadi karena kita belum menyadari bahwa musuh sesungguhnya bukan siapa yang ada di hadapannya tetapi musuh sesungguhnya adalah dirinya sendiri. Masyarakat Citorek yang berbudaya dengan akal budi serta pikiran telah sejak lama berusaha menggali kesadaran, memahami tujuan dari penciptaan dirinya. Sebagai masyarakat yang berbudaya, maka sangat tergantung terhadap satu sama lain, kita tidak akan bisa bertahan hidup di bumi ini jika mereka hidup secara individual. Seiring proses berjalannya waktu yang membantu kita selaku masyarakat berbudaya untuk menyadari bahwa pertikaian yang terjadi di antara kita tidak dapat mendatangkan kebahagiaan dan sukacita melainkan mendatangkan dukacita serta kepedihan, bahkan dapat mendatangkan kerusakan.
Kehidupan kita selaku masyarakat Citorek yang berbudaya, kerendahan hati, toleransi serta kesabaran dalam hidup bermasyarakat mutlak diperlukan. Tidak semua anggota masyarakat memiliki karakter yang sama, jika sikap kerendahan hati, tolerensi dan kesabaran tidak kita bina sangatlah sulit untuk menciptakan kerukunan hidup dalam bermasyarakat Citorek yang berbudaya.
Kerukunan dalam berbudaya. Citorek yang sangat luas ini terdiri dari berbagai macam pribadi, pemikiran, dan watak manusianya sangat rawan akan terjadinya konflik pertikaian, jika seandainya saja setiap pribadi kita tidak mau saling bertoleransi. Oleh karena itu marilah kita bersedia berkomitmen untuk mau mengusahakan Citorek dalam kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai.
Ciptakanlah tri kerukunan masyarakat yang berbudaya, yang mencakup: Kerukunan internal masyarakat, kerukunan antar masyarakat, dan kerukunan antar masyarakat dengan para pemangku kebijakan Adat Kasepuhan dan Pemerintah Desa. Jika kerukunan dapat terjalin dengan baik maka akan tercipta masyarakat yang berbudaya luhur dan harmonis.
Mengupayakan kerukunan dalam bermasyarakat adalah tanggung jawab bersama. banyak cara yang dapat kita lakukan agar kita bisa bermasyarakat dengan baik. Sebagai masyarakat Citorek yang berbudaya luhur.
Kerukunan dalam berbudaya leluhur masyarakat Citorek yang berbudaya, terjalin dalam satu ikatan Kasepuhan Citorek  adalah orang-orang yang arif serta bijaksana. Budaya serta tradisi dibuat agar kehidupan dalam masayarakt semakin lengkap. Karena sifat keluhuran budaya, maka kerukunan dalam berbudaya sangat penting dan merupakan akar dari persatuan. Lain ladang lain belalang, lain daerah lain pula budayanya. Oleh karena itu masyarakat Citorek perlu menyadari lebih dasar bahwa kita memiliki budaya yang sangat berbeda dengan budaya daerah lain. Segala perbedaan dan sengketa atau bahkan segala bentuk konflik yang terjadi di tengah masyarakat kita, seharusnya bisa kita selesaiakan dengan cara-cara yang sesuai dengan adat budaya kita, tentunya tanpa mengesampingkan hukum yang berlaku di NKRI.
Citorek adalah wilayah yang memiliki keunikan tersendiri di dalam membangun, memelihara, membina, mempertahankan, serta memberdayakan kerukunan bermasyarakat. Upaya-upaya yang berkaitan dengan kegiatan kerukunan masyarakat tersebut merupakan sebuah proses tahap demi tahap yang harus dilalui secara terus menerus agar perwujudan kerukuanan bermasyarakat benar-benar dapat tercapai. Di samping itu, kerukunan juga merupakan upaya terus-menerus tanpa henti dan hasilnya tidak diperoleh secara instan.
Mari, kita selaku masyarakat Citorek yang berbudaya kita jaga kerukunan dalam berbudaya, bermasyarakat serta berbangsa. Buktikan bahwa kita adalah masyarakat Citorek yang berbudaya dan bermartabat. Pepatah orangtua kita sangatlah jelas, yakni “Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak