Kamis, 12 Oktober 2017

Seren Taun Kasepuhan Cibengkung 2017 (Pagelaran Seni, Kebersamaan; Manusia dan Etika, Estetika, Religius)

Pagelaran Seni dan Kebersamaan
Lengseran, untuk menjemput Kasepuhan dan Kepala Desa
Selain rentetan acara yang berupa ritual dan diskusi, dalam upacara seren taun Kasepuhan Cibengkung Desa Citorek Barat, taun 2017 cukup berbeda pelaksanaannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Terdapat beberapa pagelaran seni yang sengaja didatangkan dari kota Depok. Pimpinan rombongan seni yang mengisi acara pagelaran seni merupakan putra asal Citorek. Memang  telah menjadi tradisi apabila seren taun tiba, maka putra Citorek yang bermukim di luar Citorek akan pulang untuk memenuhi kewajibaanya terhadap lemah caina.
H. Sumawijaya, Saatmemberikan sambutan
Pada upacara seren taun Kp. Cibengkung 2017, benar-benar ada yang beda. Pertama, penyelenggaraan seren taun sangat meriah dengan hadirnya rombongan seni yang berasal dari Yayasan Sumarno Kota Depok di bawah asuhan Inohong Kp. Cibengkung, yakni H. Igun Sumarno, M.Sc yang saat ini menjadi Wakil Ketua DPRD kota Depok. Ia madsalah putra Citorek yang telah sukses sebagai politisi dan pengusaha di kota Depok. Kedua, hadir pula dalam seren taun sekarang ini, Dr. H. Sumawijaya, M.Si. Beliau tampil di tengah masyarakat dengan memberikan wejangan kepada masyarakat Kasepuhan Cibengkung sebelum pentas seni di mulai. Ia adalah putra Citorek yang saat ini menjabat sebagai Kepala BPNPB Propinsi Banten. Ketiga, yang paling menarik adalah adanya reaktualisasi nilai-nilai luhur dalam seren taun yang makin kokoh dalam kehidupan masyarakat Cibengkung. Kekuatan kebersamaan sangat nampak antara tokoh kasepuhan Cibengkung, pemerintah Desa Citorek Barat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat.
Upacara seren taun Kp. Cibengkung 2017, jika kita cermati secara mendalam telah mengaktualisasikan nilai-nilai positif untuk manusia dan kebudayaannya. Nilai disini antara lain nilai kebersamaan, nilai kesatuan, gotong royong, religiousitas, nilai pelestarian budaya.
Nilai kebersamaan tercermin dalam berkumpulnya masyarakat adat Cibengkung yang bersatu mengadakan upacara seren taun sebagai simbol syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai gotong royong terlihat pada saat masyarakat Cibengkung saling membantu dan bahu membahu dalam menyiapkan yang akan dibutuhkan untuk seren taun agar upacara tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Nilai kesatuan tercermin bahwa dalam upacara seren taun pendukung upacara ini tidak hanya satu lingkungan masyarakat saja (yang tinggal di Cibengkung). Dalam perayaan upacara ini hadir pula masyarakat adat Cibengkung yang tinggal di luar daerah lain untuk ikut memeriahkan. Mereka bercampur baur dalam prosesi upacara seren taun ini. Dengan kata lain, upacara seren taun pun mengambil andil dalam langkah memperkuat persatuan dan kesatuan masyarakat.
Nilai religiusitas tercermin dalam doa bersama yang dilakukan masyarakat Cibengkung. Mereka berdoa bersama sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rahmat dan karunia kepada masyarakat cigugur dalam kegiatan sehari-hari mereka yaitu bertani (agraris).
Kades dan Ibu, Desa Citorek Barat
Nilai yang saya anggap paling penting dalam seren taun ini adalah nilai pelestarian budaya. Seren taun secara tidak langsung turut pula mengambil andil dalam proses pemeliharaan eksisitensi sebuah produk kebudayaan. Paling tidak seren taun sedikit agak memperpanjang eksistensi sebuah produk budaya dari ambang kepunahan. Semoga dengan upacara seren taun 2017 di Cibengkung, kita semakin menyadari bahwa kebudayaan asli kita (Citorek) lebih berharga daripada budaya-budaya baru. Karena pada akhirnya apabila kita telah kuat dalam budaya asli kita, maka nasib kebudayaan dan produk budaya didalamnya akan tetap terjaga eksistensinya sampai kapanpun

Manusia dan Etika, Estetika, Religius
Upacara seren taun yang selalu dilakukan oleh masyarakat Kp. Cibengkung Desa Citorek Barat yang termasuk komunitas Adat Kasepuhan Citorek, merupakan sebuah peristiwa budaya yang di dalamnya ada keseimbangan antara etika, estetika, dan religi. Di dalamnya sarat dengan unsur-unsur kesenian yang menjadi alat ekspresi, alat komunikasi, dan alat pemersatu masyarakat. Seni dalam upacara seren taun diperlakukan sebagai sebuah media yang sangat strategis untuk mempersatukan masyarakat yang multicultur. Seni sebagai alat pemersatu sangat tepat digunakan dan sebagai media pembentukan manusia untuk berperilaku saling menghormati, saling menghargai, bergotong royong, berlaku ikhlas, pasrah, selalu mengingat sang pencipta, dan lain sebagainya. 
Manusia mengenal etika dan estetika maka terjadilah sebuah bentukan upacara untuk mendekatkan diri kepada yang kuasa sebagai realisasi dari keyakinan diri. Manusia sebenarnya mampu mengevaluasi dirinya untuk menunjukkan bahwa manusia berbudaya. Bila evaluasi itu muncul setiap saat tentu perkembangan budaya akan semakin baik, semakin terarah, semakin menunjukkan eksistensinya dalam menghargai hidup yang tidak akan lepas dari hubungan manusia dengan manusia, alam dan Tuhannya. Upacara seren taun di dalamnya sarat dengan nilai-nilai lokal genius untuk membangun kebersamaan antar masyarakat.
Pada hakikatnya upacara adat Seren Taun yang dilaksanakan masyarakat Kp. Cibengkung Desa Citorek Barat, selain wujud budaya spiritual masyarakat khususnya dalam bersyukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, tetapi juga sebagai “panggeuing” atau “wujud spiritual penggugah” kesadaran bagi setiap manusia yang harus saling “asih, asah, asuh” dengan sesama manusia dan semua makhluk dan ciptaan Tuhan. Selain itu juga untuk membangun kesadaran sebagai suatu masyarakat yang memiliki akar budaya yang sama.
Salah satu pikukuh kasepuhan menyebutkan bahwa dalam diri manusia mengandung tiga (Tri) unsur spiritual berupa sir, rasa dan pikirSir adalah awal mula getaran kehidupan yang menggerakan berbagai hal dalam diri manusia. Rasa adalah bentukan getaran sir sebagai tempat berbagai macam keinginan. Pikir adalah bentukan getaran sir yang menimbulkan berbagai upaya yang akan dilakukan. Panca sebagai pemaknaan bahwa adanya berbagai dorongan dari ketiga unsur tadi diimplementasikan dalam berbagai panca inderawi yang ada dalam diri manusia. Tunggal memiliki makna bahwa segala daya upaya gerak dan perilaku manusia dalam kehidupannya semata-mata dilandaskan pada kesadaran diri dalam ketunggalan bersama Tuhan Yang maha Esa. Sehingga pelaksanaan upacara adat Seren Taun yang selalu dilaksanakan Kp. Cibengkung itu diorientasikan agar setiap pelaku kegiatan upacara berupaya untuk mencapai kesempurnaan selayaknya sebagai manusia yang berkepribadian “manusia”.

Cag... Pun sapuun...

Tidak ada komentar: