Sistem
Kalender dan Pengetahuan Astronomi
Dari kukuhnya
masyarakat Kasepuhan Citorek memegang dan mematuhi kearifan trdisional nenek
moyang tersebut berdampak positif, yaitu terlestarikannya jenis padi
tradisional yang dimiliki masyarakat Tradisi. Secara sengaja masyarakat
Kasepuhan Citorek menjaga bahkan memperkaya dengan cara tradisional varietas
padi sehingga bertambah banyak jenis padi berharga yang menjadi gudang plasma
nutfah.
Secara umum
masyarakat Citorek yang mayoritas petani telah mengetahui dan memahami,
varietas padi yang mana yang cocok untuk ditanam ditempat yang berbeda dengan
ketinggian yang berbeda pula.Sampai saat ini masyarakat Kasepuhan Citorek
memiliki sampai 148 varietas padi lokal.Dengan demikian telah jelas bahwa,
kearifan Tradisional masyarakat Kasepuhan Citorek telah melestarikan plasma
nutfah padi. Mungkin di masyarakat lain atau masyarakat di luar komunitas
Kasepuhan Citorek telah punah tersisih padi bibit unggul hasil revolusi hijau.
Jika ditelaah
lebih jauh dan mendalam, masyarakat Kasepuhan Citorek dalam bercocok tanam baik
sawah atau huma meiliki patokan waktu musim tanam yang dihitung secara jeli dan
matang berdasarkan pedoman astronomi.Perhitungan waktu tersebut berdasarkan
munculnya rasi bintang atau bahkan planet tertentu, serta peredaran bulan
mengelilingi bumi.Dikalangan kelompok elit Kasepuhan Girang, para saksi ada
yang betugas mengurus urusan tani yang berkewajiban dan bertanggungjawab
menghitung waktu yang sesuai dengan tiap tahapan dalam bertani.
Kalender
pertanian Kasepuhan Citorek didasarkan pada perputaran bulan dan kedudukan
bintang tersebut kerap disejajarkan dengan kelender Islam.Yang sama-sama
didasarkan pada perputaran bulan.Perhitungan model ini berbeda dengan
perhitungan masehi yang lazim kita gunakan sehari-hari yang berdasarkan
perputaran bumi mengelilingi matahari. Sebenarnya kalender pertanian yang
digunakan masyarakat Kasepuhan Citorek cukup umum, pada masyarakat tradisi adat lainnya di berbagai
daerah di Indonesia. Patokan musim bertani yang didasarkan pada posisi bintang
dikenal juga oleh masyarakat Jawa Tengah.Selain itu masyarakat suku Baduy juga
menggunakan patokan bertani dengan menggunakan perhitungan berdasarkan
perputaran bulan pada bumi serta letak posisi bintang tertentu. Jika
dibandingkan, maka terdapat persamaan, yakni patokan bintang yang digunakan Bintang
Kidang, di masyarakat Kasepuhan Desa Citorek Tengah adalah Bintang
Waluku pada Masyarakat Jawa Tengah, dan pada astronomi modern disebut Rasi
Orion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar