Masyarakat Adat
1. Letak Geografis
Desa Citorek terletak di Kabupaten Lebak,
Kec. Cibeber, dan mempunyai 4 wilayah adat/kasepuhan yaitu :
- Citorek Timur yang dipimpin oleh Olot Didi
- Citorek Barat dipimpin oleg Olot Umar
- Citorek Tengah dipimpin oleh Olot Undikar
- Citorek Selatan dipimpin oleh Olot Kusdi
- Citorek Sabrang dipimpin oleh Olot……..
2. Sejarah Citorek
Pada waktu di
Lebak Sangka ada Raja bernama Raja Suna, beliau membawa 2 orang keturunan
Pangawinan (Pacalikan), kedua orang tersebut yaitu sepasang laki-laki dan
perempuan, yang laki-laki dibawa ke Cikaret (Cisungsang, Cicarucub, dll)
disebut Dulur Lalaki dan diberi bekal kemenyan, sedangkan yang perempuan dibawa
ke Citorek disebut Dulur Awewe diberi bekal Panglay (kunyit besar).
3. Karakteristik Masyarakat Citorek
Masyarakat
Citorek disebut juga dengan pangawinan kehidupannya sudah setengah modern
karena jalan sudah ada, listrik dan Televisi sudah ada dan bangunan rumahnya
beberapa sudah modern tetapi sebagian besar rumahnya masih asli (rumah panggung).
Bahasa yang digunakan bahasa Sunda, sebagian besar masyarakatnya menganut agama
Islam dan setiap melakukan suatu kegiatan biasanya memakai kalender
hijriah/islam, untuk itu setiap melakukan/menanam sesuatu harus membaca dua
kalimat syahadat. Dalam kehidupan
sosialnya menganut 3 (tiga) sistim yang di anut yaitu :
a)
Negara (jaro/lurah),
b)
Agama (panghulu),
c)
Karuhun (kasepuhan/kaolotan).
Masyarakat
Citorek sebagian besar penghidupannya dari menanam padi (nyawah), oleh karena
itu masyarakat desa citorek jika ingin mempunyai istri harus bisa menanam padi.
Ada hari-hari
tertentu masyarakat Citorek tidak boleh melakukan kegiatan terutama di sawah
yaitu hari Jumat dan Minggu, maksudnya kalau hari Jumat mereka harus
melaksanakan shalat jumat, dan hari minggu mereka menghormati hari libur
nasional/menghormati pemerintah. Dahulu masyarakat Citorek/pangawinan tidak
boleh/dilarang memakai pakaian warna hitam, kain yang dibelah dua (semacam kain
bugis), kopiah/laken, sepatu, rok/anderok , kebiasaan tersebut sekarang masih
tampak jelas, kalau perempuannya memakai kain (tidak pakai rok).
Setiap
mengadakan perayaan selalu diiringi Goong Gede (Goong besar), goong gede ini
dimainkan setahun 4 kali yaitu pada saat Ngaseuk, Mipit, Gegenek dan Seren
Tahun. Goong gede terdiri dari saron, kecrek, kenong, dan kending. dimainkan
oleh kurang lebih lima
orang.
Masyarakat
Citorek sekarang sudah banyak meninggalkan tradisinya misal Neres dan Sedekah
Bumi sudah tidak pernah dilakukan lagi karena masyarakatnya sudah modern dan
tidak percaya kepada keyakinan leluhurnya.
4. Sejarah Keturunan Kaolotan Kasepuhan
1.
Kasepuhan Citorek timur pertama di pimpin oleh Aki
Mardai kakek dari Oyot/Oyok Didi, setelah beliau meninggal dunia digantikan
oleh anaknya bernama Oyot Ijrai, Oyot Ijrai meninggal dunia digantikan oleh
anak yaitu Oyot Didi sampai sekarang.
2.
Kasepuhan Citorek Barat pertama di pimpin oleh seorang
santri bernama Kiai Sarkam setelah meninggal dunia digantikan oleh anaknya
bernama Oyot Sartim, setelah meninggal dunia digantikan oleh adiknya bernama
oyot Usup dan beliau meninggal dunia digantikan oleh cucunya bernama Oyot Umar
sampai sekarang.
3.
Citorek Tengah pertama di pimpin oleh Aki Saki, setelah
meninggal dunia diganti oleh anaknya Aki Sali dan satu bulan yang lalu beliau
meninggal dunia digantikan oleh anaknya yang masih sekolah di kelas 3 SMP
bernama Aki undikar.
4.
Citorek Selatan yang sekarang dipimpin oleh Aki Kusdi
5. Adat/Tradisi Desa Citorek
1. Neres
Neres adalah ritual yang
dilakukan untuk menghilangkan penyakit masyarakat atau dilakukan jika daerah
tersebut mengalami kejadian-kejadian yang merugikan, seperti menyebarnya wabah
penyakit, paceklik, setiap menanam padi atau pepohonan yang hasilnya tidak
bagus. Ritual ini dilakukan tidak setiap tahun tetapi sesuai dengan kejadian yang
dialami.
1. Neres ada 2 yaitu :
a.
Neres Cai dilakukan di pinggir kali/walungan/parakan.
b.
Neres Darat dilakukan didepan rumah masing-masing.
2. Peralatan
Neres
a)
Rumput /Palias
b)
Basin/Baskom/Tobas (di isi oleh air yang muter /cai
mulang dan ikan paray yang hidup).
c)
Sesajen (isinya Nasi kuning, dodol dll)
3. Cara-cara
Neres
Neres bisa
dilakukan dengan cara neres cai atau neres darat, pertama masyarakat berkumpul
di pinggir kali atau di depan rumah sambil berjejer lalu kasepuhan/kaolotan
memercikan air yang ada di basin oleh rumput yang telah dicelupkan ke basin
tersebut beberapa kali setelah selesai air tersebut dibuang ke kali Cimadur.
Sekarang Neres tidak pernah dilakukan lagi terakhir Neres dilakukan 15 tahun
yang lalu, karena masyarakat sudah tidak percaya lagi dengan ritual tersebut.
2.
Sedekah Bumi
Sedekah bumi adalah selamatan/ruatan yang dilakukan oleh masyarakat
dengan cara menyembelih kerbau. Tujuannya agar tanah leluhurnya selalu mendapat
keberkahan, selalu subur, aman dan tentram. Sedekah Bumi dilakukan 3 tahun
sekali. Caranya : kerbau disembelih , kepalanya di kubur dan dagingnya
dibagikan ke masyarakat, setelah sebelumnya diadakan syukuran/selametan.
Sekarang tidak pernah dilakukan lagi, terlakhir dilakukan pada waktu Jaro
Nurkib kurang lebih 50 tahun yang lalu.
3.
Seren taun
Seren taun adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Citorek tiap
satu tahun sekali, biasanya di bulan Syawal. Tujuannya untuk menghormati dan
sebagai tanda terima kasih kepada Yang Maha Kuasa dan Leluhur yang telah
memberikan keberkahan dan kesuburan. Masyarakat Citorek setiap mengadakan
perayaan Sunatan/hajatan selalu dilakukan saat seren taun, perayaan sunatan
dilakukan secara besar-besaran beda dengan mengadakan perayaan pernikahan
dilakukan hanya dengan penghulu tanpa perayaan. Sampai sekarang Perayaan Seren
taun masih dilakukan.
Sebelum
dilakukan perayaan Seren taun, masyarakat melakukan hal-hal sebagai berikut :
1.
Ngaseuk
Ngaseuk adalah
waktu menanam padi, dan Acara Ngaseuk biasanya dirayakan dengan menabuh Goong
besar (goong gede). Pada waktu ngaseuk dilaksanakan Tanur/tandur (binih kana
binih) yang biasanya dilakukan waktu Silih Mulud . Pada saat padi sudah bagus
(pare geus gumuna) atau supaya padi jadi bagus masyarakat Citorek biasanya
tidak memakai pupuk yang memakai bahan kimia dari luar atau tidak pernah
membeli pupuk, mereka biasanya membuat pupuk sendiri yaitu dari padi yang
dibikin tepung atau bikin bubur dicampur dengan kelapa muda dan gula merah.
2.
Mipit
Mipit adalah
perayaan di waktu panen (ngambil padi). Biasanya dirayakan dengan menabuh Goong
besar (goong gede). Sebelum sawah tangtu atau sawah yang punya
kokolot/kasepuhan dipanen, maka masyarakat tidak akan memanen sawahnya walaupun
sawah masyarakat tersebut sampe busuk sebelum sawah tangtu di ambil harus
nunggu (kajeun teuing nu kami buruk lamun sawah tangtu can kolot atau can asak
ulah di ala heula). Mipit biasanya dilakukan bulan Rewah/Ruwah. Setelah dipanen
disimpan di lantai atau di jemur setelah kering diangkut/direngkong, dimasukan
dan didudukan ke leuit (tempat padi).
3.
Gegenek /
Bendrong lisung
Gegenek adalah
saat numbuk padi dan dilakukan oleh ibu-ibu sebanyak kurang lebih sepuluh
orang, sambil nyanyi-nyanyi/lalaguan dan diiringi oleh goong gede. Sebelum padi
ditumbuk harus nganyaran/dianyaran maksudnya jika padi sudah dipanen maka harus
di jemur lalu di tumbuk, tetapi sebelumnya harus mengadakan syukuran/salametan.
6. Proses Seren Taun di Desa Adat Citorek
- Nganjang/babawaan
Nganjang yaitu
satu hari sebelum perayaan seren tahun (sebelum hari H) harus membawa/masrahkeun
sisa hasil bumi kepada kasepuhan yang disebut ngajiwa dan biasanya di tempat
Olot Didi. Hasil buminya biasanya apa saja yang mereka punya misal : padi,
pisang, ternak dll. Dengan diiringi Goong Gede sambil iring-iringan.
- Hiburan/raramean
Hiburan dilakukan pada malam hari sebelum
perayaan seren taun, biasanya hiburan topeng, koromong, Angklung, dankdutan
dll.
- Memotong Kerbau
Motong kerbau
dilakukan pagi hari dilakukan oleh para sesepuh/kokolot setelah itu daging
tersebut yang disebut daging jiwaan dibagikan kepada seluruh masyarakat Citorek
/ kepada tiap keluarga (susuhunan), semua masyarakat harus dapat bagian
walaupun sedikit. Daging Kerbau tersebut dibeli dari iuran masyarakat.
- Ziarah/ ngembangan
Ziarah ketanah
leluhur atau ke karuhun.
- Rasul serah tahun / syukuran / selametan
Syukuran
dilakukan di Citorek Timur di tempat Oyok Didi, biasanya para
kasepuhan/kokolot, jaro, panghulu berkumpul sambil makan-makan dan musyawarah.
- Hajatan/Sunatan
Kebiasaan
masyarakat Citorek jika akan mengadakan perayaan sunatan selalu dilakukan
sekalian pada saat seren taun, dilakukan setelah selametan/syukuran.
- Kariyaan/mulangkeun ka kolot
Penutup acara sambil menabuh Goong gede, mereka menyebut
acara asup leuweung menta kahirupan maksudnya mulai ke kehidupan rutinitas,
masyarakat mulai kerja seperti biasa ada yang pergi kerja ke sawah, lading dan
huma.
2 komentar:
heu euh bner ieu pak, barudak ayna kudu lebih nyaho eun asal mula citorek, jeng kabiasaan, jeng sajabana.. spaya lewih ngahargaan ka citorek jueang skitarna..
Posting Komentar