Mulyadi'S |
Pratap Triloka yang digagas oleh Ki
Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan ing ngarso sung toladha,
ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi
teladan, tengah membangun motivasi/dorongan, dibelakang memberi dukungan.
Berdasarkan hal tersebut diatas guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah
sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan
menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri
kita, berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan
keputusan.
Pada prosesnya “menuntun” anak akan
diberi kebebasan namun guru sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan
arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahanyakan dirinya. Seorang
pamong dapat memberikan tuntunan agar anak menemukan kemerdekaan dalam yang
akan berdampak keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Guru
sebagai pemimpin pembelajaran tentu pernah mengalam idilema etika atau bujukan
moral pada sebuah keputusan yang diambil saat menangani kasus murid atau
rekan sejawat komunitas di sekolah, dengan mempertimbangan nilai benar vs
benar (situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan
diamana dua pilihan itu secara moral benar tetapi bertentangan), benar vs salah
(seseorang membuat keputusan antara benar atau salah)
Kegiatan terbimbing yang kita lakukan
pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching
(bimbingan) yang diberikan pendamping dalam proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini bisa dibantu oelh
sesi coaching yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
Dalam aspek pembelajaran dikelas guru
sebagai pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui kebutuhan belajar murid
sekaligus sebagai memberi contoh yang baik bagi siswa memahami karakter belajar
siswa serta kondisi social emosional sebagai pemimpin pembelajaran dikelas.
Dalam hal ini juga untuk terciptanya profil pelajar Pancasila siswa harus
bisa menyelesaiakan sendiri persoalan belajarnya di kelas yang merupakan
dilemma bagi mereka, dan di sinilah penting pendekatan Coaching, dimana guru
sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh siswa untuk
menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan
dilema baginya. Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan
waktu jika siswa membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar yang
menurun pada siswa. Coaching dan itu tidak terlepas dari komunikasi yang baik
antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat mengatasai masalah belajar siswa.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang
focus pada masalah moral atau etika kembali nilai-nilai yang dianut oleh
seorang pendidik
Seorang pendidik harus bisa melihat
bagaiamana persoalan tersebut apakah merupakan dilemma etika atau merupakan
bujukan moral, nilai-nilai yang yang akan diambilpun merupakan nilai yang
merupakan proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin
pembelajaran tetap dengan berbagai cara akan menuntun siswa tersebut kearah
yang lebih baik dalam pengambilan keputusan. Keptusan yang diambil merupakan
keputusan yang bertanggung jawab.
Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat sebagai
pemimpin pembelajaran tentunya akan berdampak postif, aman, dan nyaman
apabila kita bisa melihat kondisi saat mana kita akan mengambil sebuah
keputusan yang tentu yang jika itu adalah dilemma maka kita bisa meminimalisir
delema tersebut agar dalam pengambilan yang bersifat dilemma itu tidak terlalu
berpengaruh. Dan jika merupakan suatu bujukan moral kita harus pandai bahwa hal
yang dilakukan salah dan nantinnya guru sebagai pemimpin pembelajaran akan
dengan bijak membuat keputusan namum tertap membinmbing anak menujuh ke
pengambilan keputusan tepat baik untuk guru maupun untuk siswa. Dalam hal ini
siswa tetap merasa bahwa guru adalah seorang pemimpin yang mampu membuat
situasi kondusif, aman dan nyaman di lingkungan sekolah maupun sekitarnya.
Apakah kesulitan di lingkungan
Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan
terhadap kasus-kasus dilemma etika ini? Apakah ini kembali kemasalah
perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Sebagai makluk social dan sebagai
pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak akan luput dari
dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasional, yaitu
antara benar-benar memegang aturan demi suatu keadialan. Namun
terkadang kita susah membedakan mana yang merupakan dilema etika dan bujukan
moral, misalnya saja kasus berbohong yang sudah pasti merupakan tindakan salah
, meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan. Adapun hal
yang perlu diperhatikan sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema
etika, 4 paradigma,
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Selain itu ada tiga prinsip yang yang
membantu menghadapi pilihan yang penuh tantangan (Kidder, 2009. Hal 144) ketiga
prinsip itu adalah:
1. Berpikir berbasis hasil akhir
(ends-based Thingking)
2. Berpikir berbasis peraturan (rule base
thingking)
3. Berpikir berbasis rasa peduli (care base
thingking)
Dan bagaimana cara mengujinya? Ini
adalah 9 langkah yang telah disusun secara berurutan
1. Mengenali ada nilai-nilaia yang saling
bertentangan dalam situasi ini
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam
situasi ini
4. Pengujian benar atau salah (Uji legal,
Uji Regulasi/Standar Profesiaonal, Uji intuisi, Uji halaman Depan Koran, Uji
Panutan/Idola )
5. Pengujian paradigm benar atau salah
6. Prinsip pengambilan keputusan
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat keputusan
9. Tinjau lagi keputusan Anda dan
refleksikan
Pengaruh pengambilan keputusan
dengan pembelajaran yang memerdekakan murid kita?
Sebagai seorang pendidik yang merupakan
salah satu calaon guru penggerak saya merasa terbantu dengan penjelasan
materi dari modul 3.1 sebab sebelumnya kita sering menemukan dilema namun kita
belum bisa mamaneg sebuah keputusan dengan baik baik terutama saat menemuka
masalah belajar pada siswa, dengan semua materi yang telah dipelajari dari
modul pendidik sudah seharusnya meberikan keputusan yang bersifat positif,
membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. Semuanya dilakukan untuk
memerdekan siswa dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan belajar mereka.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
Dengan memberi nilai-nilai positif,
menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang pendidik
dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti
akan memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu keputusan yang baik
pula untuk perkembangan siswanya.
Kesimpulan akhir yang dapat
ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitan dengan
modul-modul sebelumnnya.
Kesimpulan akhir terkait modul 3.1
Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya merupakan
suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada murid, Ki
Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk
mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya
sendiri, sekolah maupun masyarakat. Selain itu juga dimana proses
pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat kebutuhan belajar pada anak
serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil sebuah keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran. Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu
pendekatan yang membantu siswa dalam mencari solusi atas masalahnya
sendiri dan hal inilah yang merupakan salah satu trik sebagai seorang pendidik
bisa mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa lewat pertanyaan-pemantik
saat coaching. Sebagai seorang guru penggerak juga harus mengetahui
permasalahan yang dialami oleh rekan sejawat dalam proses pembelajaran dan
coahing dapat menemukan jawaban atas setiap pertanyaan untuk menemukan solusi
maka terciptalah budaya postif pada lingkungan belajar di sekolah dan komunitas
praktisi. Para pendidik yang mampu membuat keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran merupakan cita-cita guru masa depan, dan proses pengambilan
keptusan berdasrakan dilema etika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar