1. Konsep
Konservasi Hutan Wewengkon
Adat Kasepuhan Citorek
Lingkungan
alam paling primer bagi masyarakat Kasepuhan
adalah hutan yang merupakan sumber kehidupan. Hutan di sekitar
Citorek secara adat dibedakan sesuai dengan fungsinya. Di Citorek
dikenal 3 (tiga) jenis hutan, yakni:
- Leuweung Tutupan
Leuweung
Tutupan atau Leuweung
Geledegan
arti harfiahnya adalah hutan tua, yaitu hutan yang masih lebat dengan
berbagai jenis tumbuhan asli besar dan kecil, lengkap dengan semua
satwa penghuninya. Hutan jenis ini sama sekali tidak boleh dijamah
oleh manusia, dalam istilah secara umum oleh pihak perhutani terutama
disebut hutan primer. Hutan jenis ini menurut Adat Kasepuhan
Citorek
tidak boleh dirusak karena dianggap sebagai pelindung kehidupan atau
seumber kehidupan, intinya merupakan sumber mata air (hulu
cai’).
Contoh jenis hutan ini adalah kawasan hutan di dalam TNGHS (Taman
Nasional Gunung Halimun Salak). Yang mengelilingi wilayah Citorek.
- Leuweung Titipan (Hutan Titipan)
Leuweung
Titipan
merupakan Leuweung
Kolot
juga yang dikeramatkan. Hutan jenis ini sama sekali tidak boleh
dieksploitasi
atau diganggu. Bahkan hanya untuk melewatinya atau memasukinya saja
cukup sulit. Setiap warga yang hendak lewat atau masuk ke dalam hutan
jenis ini harus meminta ijin khusus dari Sesepuh
(ketua
adat).
Penggunaan hutan
tersebut dimungkinkan apabila telah datang ilapat/wangsit
dari nenek moyang kepada ketua adat. Adanya jenis Leweung
ini lebih memudahkan pemerintah dalam melaksanakan perlindungan
hutan dan kawasannya yang sejalan dengan prinsip-prinsip Masyarakat
Adat Citorek dalam melestarikan dan melindungi hutan dari segala
bentuk pengrusakan dan bahkan penjarahan. Leuweung
Titipan
di Citorek terletak di bagian timur, yakni di Gunung Ciawitali yang
merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), dan di
bagian barat Citorek, tepatnya di kawasan Gunung Nyungcung (Cibedug)
dan Gunung Bapang. Leuweung
titipan
yang paling dominan adalah dikenal dengan hutan Sangga Buna dan hutan
Lebak
Cawene.
- Leuweung Bukaan/Garapan
Leuweung
Sampalan
atau Leuweung
Bukaan
merupakan hutan yang dapat dimanfaatkan warga untuk pembukaan ladang,
pengembalaan ternak (kerbau), membuat petak sawah, mengambil kayu dan
hasil hutan lainnya. Jenis hutan ini terletak di sekitar tempat
pemukiman dan mengelilingi perkampungan Citorek. Jika pembukaan hutan
tersebut telah melibatkan penanaman kayu albasia dan sejenisnya atau
kayu keras lainnya dan terjadi pertumbuhan sekunder, maka hutan jenis
ini disebut juga sebagai reuma
ngora
(blukar baru), dan reuma
kolot
(blukar tua) bagi yang prosesnya lebih lanjut.
Jenis
hutan ini kondisi pada saat ini telah mengalami berbagai penggarapan
seiring makin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
lahan-lahan tersebut untuk menanam berbagai jenis pohon produksi dan
buah-buahan. Kebiasaan berladang secara berpindah-pindah telah
ditinggalkan oleh masyarakat Adat
Kasepuhan Citorek.
Mereka dalam melaksanakan bercocok tanam kini telah menetap dan
berusaha untuk mengindari kerusakan hutan dan ekosistemnya dari
akibat pembukaan dan penggarapan lahan dari leweung
bukaan tersebut.
Pembagian
peruntukkan hutan secara adat tersebut menunjukkan bahwa dalam
kearifan adat, disadari sepenuhnya fungsi hutan untuk konservasi.
Dalam hal ini hutan sebagai hulu/sirah
cai’,
yang mempunyai pengertian secara harfiah adalah kepala air, yang
dimaksudkan sebagai pelindung mata air. Secara tradisi/adat
masyarakat Adat
Kasepuhan Citorek
menyadari bahwa hutan sangat berperan dalam mempertahankan
kelangsungan mata air dan tersedianya air. Hal ini tidak berbeda
dengan konsep ilmu pengetahuan modern.
2. Sistem Kalender dan Pengetahuan Astronomi
Dari
kukuhnya masyarakat Kasepuhan
Citorek
memegang dan mematuhi kearifan trdisional nenek moyang tersebut
berdampak positif, yaitu terlestarikannya jenis padi tradisional yang
dimiliki masyarakat Tradisi. Secara sengaja masyarakat Kasepuhan
Citorek
menjaga bahkan memperkaya dengan cara tradisional varietas
padi sehingga bertambah banyak jenis padi berharga yang menjadi
gudang plasma nutfah.
Secara
umum masyarakat Citorek yang mayoritas petani telah mengetahui dan
memahami, varietas
padi
yang mana yang cocok untuk ditanam ditempat yang berbeda dengan
ketinggian yang berbeda pula. Sampai saat ini masyarakat Kasepuhan
Citorek
memiliki sampai 148 varietas
padi lokal.
Dengan demikian telah jelas bahwa, kearifan Tradisional masyarakat
Kasepuhan
Citorek
telah melestarikan plasma
nutfah padi.
Mungkin di masyarakat lain atau masyarakat di luar komunitas
Kasepuhan
Citorek
telah punah tersisih padi bibit unggul hasil revolusi
hijau.
Jika
ditelaah lebih jauh dan mendalam, masyarakat Kasepuhan
Citorek
dalam bercocok tanam baik sawah atau huma meiliki patokan waktu musim
tanam yang dihitung secara jeli dan matang berdasarkan pedoman
astronomi. Perhitungan waktu tersebut berdasarkan munculnya rasi
bintang atau bahkan planet tertentu, serta peredaran bulan
mengelilingi bumi. Dikalangan kelompok elit Kasepuhan
Girang,
para saksi ada yang betugas mengurus urusan
tani
yang berkewajiban dan bertanggungjawab menghitung waktu yang sesuai
dengan tiap tahapan dalam bertani.
Kalender
pertanian Kasepuhan
Citorek
didasarkan pada perputaran bulan dan kedudukan bintang tersebut kerap
disejajarkan dengan kelender Islam. Yang sama-sama didasarkan pada
perputaran bulan. Perhitungan model ini berbeda dengan perhitungan
masehi yang lazim kita gunakan sehari-hari yang berdasarkan
perputaran bumi mengelilingi matahari. Sebenarnya kalender pertanian
yang digunakan masyarakat Kasepuhan
Citorek
cukup umum, pada masyarakat tradisi adat lainnya di berbagai daerah
di Indonesia. Patokan musim bertani yang didasarkan pada posisi
bintang dikenal juga oleh masyarakat Jawa Tengah. Selain itu
masyarakat suku Baduy juga menggunakan patokan bertani dengan
menggunakan perhitungan berdasarkan perputaran bulan pada bumi serta
letak posisi bintang tertentu. Jika dibandingkan, maka terdapat
persamaan, yakni patokan bintang yang digunakan Bintang
Kidang,
di masyarakat Adat
Kasepuhan Citorek
adalah Bintang
Waluku
pada Masyarakat Jawa Tengah, dan pada astronomi modern disebut Rasi
Orion.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar