Riungan Sabaki, bentuk kerukunan masyarakat yang berbudaya |
Pertikaian di
antara manusia terjadi karena manusia belum menyadari bahwa musuh sesungguhnya
bukan siapa yang ada di hadapannya tetapi musuh sesungguhnya adalah dirinya
sendiri.
Sepanjang
sejarah kehidupan umat manusia di muka bumi tidak terlepas dari berbagai macam
konflik pertikaian. Pertikaian demi pertikaian di antara umat manusia terjadi
karena disebabkan oleh banyak faktor kepentingan, kepentingan demi kepentingan
tersebut membuat manusia menjadi satu-satunya makhluk di muka bumi ini yang
hidup paling tidak harmonis.
Alam semesta
beserta isinya telah diciptakan oleh Tuhan dengan sedemikian harmonisnya.
Miliaran bintang dan planet bergerak teratur sesuai dengan jalurnya. Tumbuhan
tahu kapan harus merontokkan daunnya untuk menyesuaikan musim, dan hewan buas
tidak memangsa buruannya melebihi yang dia perlukan. Hal-hal tersebut
memperlihatkan bahwa betapa Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan kehidupan ini
dengan keteraturan.
Secuil kisah
di atas hendaknya kita renungkan dalam kehidupan sehari-hari agar kita sebagai
masyarakat Citorek mampu menjadi masyarakat yang lebih baik. Sebagai masyarakat
Citorek kita tidak dapat hidup secara individual, kita diwajibkan hidup dalam
komunitas masyarakat dan berinteraksi satu sama lain secara rukun dan damai. Kita
sebagai masyarakat Citorek memiliki adat dan budaya yang luhur dalam satu
ikatan Kasepuhan Citorek. Jika seluruh alam semesta saja mampu hidup secara
harmonis seharusnya kita sebagai masyarakat Citorek yang berbudaya juga bisa
melakukannya. Namun kenyataannya tidak berkata demikian, masyarakat kita
cenderung memiliki pola pikirnya sendiri, kerapkali bersitegang satu sama lain
dengan berbagai macam latar belakang permasalahan. Sangat disayangkan, apabila
dengan segala keunggulan yang kita miliki sebagai masyarakat berbudaya masih
kesulitan untuk menerapkan hidup rukun berdampingan secara harmonis.
Begitu
sulitkah bagi kita selaku masyarakat Citorek yang berbudaya untuk bisa
mengasihi sesamanya? Sesungguhnya tidak! Pertikaian di antara kita terjadi
karena kita belum menyadari bahwa musuh sesungguhnya bukan siapa yang ada di
hadapannya tetapi musuh sesungguhnya adalah dirinya sendiri. Masyarakat Citorek
yang berbudaya dengan akal budi serta pikiran telah sejak lama berusaha
menggali kesadaran, memahami tujuan dari penciptaan dirinya. Sebagai masyarakat
yang berbudaya, maka sangat tergantung terhadap satu sama lain, kita tidak akan
bisa bertahan hidup di bumi ini jika mereka hidup secara individual. Seiring
proses berjalannya waktu yang membantu kita selaku masyarakat berbudaya untuk
menyadari bahwa pertikaian yang terjadi di antara kita tidak dapat mendatangkan
kebahagiaan dan sukacita melainkan mendatangkan dukacita serta kepedihan,
bahkan dapat mendatangkan kerusakan.
Kehidupan kita
selaku masyarakat Citorek yang berbudaya, kerendahan hati, toleransi serta
kesabaran dalam hidup bermasyarakat mutlak diperlukan. Tidak semua anggota
masyarakat memiliki karakter yang sama, jika sikap kerendahan hati, tolerensi
dan kesabaran tidak kita bina sangatlah sulit untuk menciptakan kerukunan hidup
dalam bermasyarakat Citorek yang berbudaya.
Kerukunan
dalam berbudaya. Citorek yang sangat luas ini terdiri dari berbagai macam pribadi,
pemikiran, dan watak manusianya sangat rawan akan terjadinya konflik pertikaian,
jika seandainya saja setiap pribadi kita tidak mau saling bertoleransi. Oleh
karena itu marilah kita bersedia berkomitmen untuk mau mengusahakan Citorek dalam
kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai.
Ciptakanlah
tri kerukunan masyarakat yang berbudaya, yang mencakup: Kerukunan internal masyarakat,
kerukunan antar masyarakat, dan kerukunan antar masyarakat dengan para pemangku
kebijakan Adat Kasepuhan dan Pemerintah Desa. Jika kerukunan dapat terjalin dengan
baik maka akan tercipta masyarakat yang berbudaya luhur dan harmonis.
Mengupayakan
kerukunan dalam bermasyarakat adalah tanggung jawab bersama. banyak cara yang
dapat kita lakukan agar kita bisa bermasyarakat dengan baik. Sebagai masyarakat
Citorek yang berbudaya luhur.
Kerukunan
dalam berbudaya leluhur masyarakat Citorek yang berbudaya, terjalin dalam satu
ikatan Kasepuhan Citorek adalah
orang-orang yang arif serta bijaksana. Budaya serta tradisi dibuat agar
kehidupan dalam masayarakt semakin lengkap. Karena sifat keluhuran budaya, maka
kerukunan dalam berbudaya sangat penting dan merupakan akar dari persatuan.
Lain ladang lain belalang, lain daerah lain pula budayanya. Oleh karena itu masyarakat
Citorek perlu menyadari lebih dasar bahwa kita memiliki budaya yang sangat
berbeda dengan budaya daerah lain. Segala perbedaan dan sengketa atau bahkan
segala bentuk konflik yang terjadi di tengah masyarakat kita, seharusnya bisa
kita selesaiakan dengan cara-cara yang sesuai dengan adat budaya kita, tentunya
tanpa mengesampingkan hukum yang berlaku di NKRI.
Citorek adalah
wilayah yang memiliki keunikan tersendiri di dalam membangun, memelihara,
membina, mempertahankan, serta memberdayakan kerukunan bermasyarakat.
Upaya-upaya yang berkaitan dengan kegiatan kerukunan masyarakat tersebut
merupakan sebuah proses tahap demi tahap yang harus dilalui secara terus
menerus agar perwujudan kerukuanan bermasyarakat benar-benar dapat tercapai. Di
samping itu, kerukunan juga merupakan upaya terus-menerus tanpa henti dan hasilnya
tidak diperoleh secara instan.
Mari, kita
selaku masyarakat Citorek yang berbudaya kita jaga kerukunan dalam berbudaya,
bermasyarakat serta berbangsa. Buktikan bahwa kita adalah masyarakat Citorek
yang berbudaya dan bermartabat. Pepatah orangtua
kita sangatlah jelas, yakni “Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salebak”